Doa Seorang Ibu 3 Kali Lipat Lebih Cepat Dikabulkan Allah SWT Dibanding Ayah
by Team, 23 Mei 2022
SAAT orang tua kita wafat dan seandainya kita harus memilih siapakah yang harus duluan wafat antara ayah dan ibu, pasti kita menjawab lebih baik ayah duluan wafat, karena ketika ayah terlebih dahulu wafat maka anak-anak yang tertinggal akan terurus dan terpelihara, meskipun hal ini tidak semua para ayah tidak bisa mengurus anak-anaknya pasca ditinggal wafat istrinya, banyak juga diluaran sana para ibu pasca suaminya meninggal lalu menelantarkan anak-anaknya. Dan banyak juga para ayah mampu mengantarkan anak-anaknya berprestasi dan sukses yang diasuh full oleh ayahnya tanpa didampingi ibunya karena telah wafat terlebih dahulu.
Terlepas hal diatas, yang pasti agama islam sangat menjunjung tinggi posisi seorang ibu, ia lebih dihormati, lebih diprioritaskan, lebih dimuliakan dan doa ibu lebih cepat 3 kali lipat diijabah Allah dibanding ayah, sehingga Nabi saw saat ditanya siapakah orang yang paling berhak diperlakukan dengan baik.? Dalam hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah ra. Nabi saw bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟
قَالَ أُمُّكَ. قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ. قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ. قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
“Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw dan bertanya : “Wahai Rasulullah , siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Rasul pun menjawab : “Ibumu. Lalu siapa lagi? “Ibumu. Siapa lagi, “Ibumu. Siapa lagi? “ayahmu.” (HR.Bukhori Muslim)
Penyebutan nama ibu tiga kali dalam hadist ini karena pada umumnya ibu telah melewati tiga kesulitan dalam hidup, yaitu saat mengandung, melahirkan hingga menyusui dan merawat anaknya sementara sosok ayah memiliki andil dalam pendidikan dan memberikan nafkah bersama-sama dengan ibu.
Ibu mampu menahan berat mengandung. Ia selalu membawa anaknya kemana-mana dalam kandungannya. Meski mempersulit aktifitasnya, ia tetap tegar menjaga kandungannya. Tidak hanya itu. Ibu juga merasakan sakitnya melahirkan. Ia perjuangkan hidupnya hanya untuk buah hatinya. Ia rela kehilangan nyawa agar buah hatinya bisa terlahir ke dunia. Tidak berhenti sampai disitu saja. Setelah merasakan sulitnya mengandung dan melahirkan, ibu juga menyusui anaknya. Pada saat itu , ia harus benar-benar menjaga pola makannya, agar asi yang diberikan pada anaknya berkualitas. Karena itu, perintah penghormatan yang sangat besar kepada seorang ibu banyak disebutkan dalam kitab suci umat islam. Allah sebutkan dalam suroh Lukman ayat 14,
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
”Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Q.S. Lukman : 14)
Pembelajaran dan contoh yang sangat baik buat kita semua supaya sayang dan cinta kepada ibu kita, satu kisah Uwais al-Qorni adalah seorang anak yang sangat memuliakan ibunya. Nabi sw bersabda,
إن خيرَ التابعين رجلٌ يقالُ له أويسٌ . وله والدةٌ . وكان به بياضٌ . فمروه فليستغفرْ لكم
”Sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang lelaki bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu, dan ia memiliki tanda putih di tubuhnya. Maka temuilah ia dan mintalah ampunan kepada Allah melalui dia untuk kalian” (HR. Muslim)
Sosok Uwais al-Qorni menjadi sebuah suritauladan yang sangat baik, betapa Rasulullah saw mewasiatkan kepada kita untuk menyayangi ibu. Seorang faqir (miskin) dari Yaman, bukan siapa-siapa, tidak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tidak pernah dikenal dan tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah saw. Namanya tidak pernah disebut dikalangan para sahabat. Namun sosoknya dikagumi bahkan oleh Nabi saw disebut sebagai pemuda yang dikagumi di langit. Dalam sebuah hadist riwayat Ahmad, Rasulullah pernah bersabda, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, minta doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.” Amalnya memang tidak main-main. Uwais amat patuh dan hormat kepada ibunya yang lumpuh. Pada satu waktu, Uwais pernah meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke Madinah untuk berjumpa dengan Rasulullah saw.
Ibunya memberi izin dengan syarat untuk cepat pulang karena merasa sakit-sakitan. Sesampainya di Madinah, Uwais tidak mendapati Rasulullah. Nabi saw tengah memimpin pasukan muslimin untuk berangkat perang. Memngingat pesan ibunda, Uwais lekas pulang. Dia hanya menitip pesan kepada Siti Aisyah ra.
Kisah lain dari Uwais, yakni keteguhannya untuk memenuhi permintaan ibunya untuk pergi haji. Padahal, keluarga mereka tengah berada dalam impitan ekonomi. Ide gila Uwais tercetus. Dia harus melatih fisiknya dengan menggendong seekor lembu setiap hari. Logikanya, ketika Uwais fisiknya kuat, dia mampu menggendong ibunya untuk pergi berhaji. Dia pun mulai menabung bahan makanan sebagai bekal perjalanan untuk ibunya. Pada saat musim haji tiba berangkatlah ibu yang lumpuh untuk menunaikan rukun islam kelima lewat punggung anaknya.
Lalu, apakah amal itu bisa membalas jerih payah ibu saat melahirkam dan menyusui.? Ibnu Umar pernah melihat seseorang lelaki menggendong ibunya sambil berthawaf mengelilingi ka’bah. Dia lantas bertanya kepadanya. “Wahai Ibnu Umar, apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” Ibnu Umar menjawab, “Belum meski sekedar satu serangan ibumu ketika melahirkanmu. Akan tetapi, engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberi balasan yang banyak terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.”
Tidak heran Rasulullah saw jika menyuruh manusia untuk mencari syurga lewat keridhoan ibunya.
عَنْ مَنْصُوْرِ بْنِ الْمُهَاجِرِ عَنْ أبِي النَّضْرِ الْأبَارِ عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قاَلَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجَنَّةُ تَحْتَ أقْدَامِ الْأُمَّهَاتِ
Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Surga itu berada di bawah telapak kaki-kaki para ibu.” (HR. Ahmad, An-Nasai, Ibnu Majah dan al-Hakim)
Dalam riwayat lain Nabi saw bersabda,
أنه جاء النبي صلى الله عليه وآله وسلم فقال: يا رسول الله، أردت أن أغزو، وجئت أستشيرك فقال: «هل لك من أم؟» قال: نعم، قال: «فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا»
Bahwasannya ia (Mu’awiyah bin Jahimah) datang kepada Nabi saw., lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang, dan aku datang untuk meminta petunjukmu.” Nabi saw. bersabda, “Apakah engkau memiliki ibu?”, “Iya” “Menetaplah dengannya, karena sungguh syurga di bawah kedua kakinya.”
Beruntung sekali jika hidup kita selalu diiringin kasih sayang ibu, diiringi doa yang sangat mustajab darinya dan mendapatkan ridhonya, sudah pasti pintu syurga akan selalu terbuka lebar dan kesuksesan dunia akhirat digenggaman tangannya. Oleh karena itu selagi ibu kita masih hidup, tunjukilah kecintaan dan kasih sayang terhadapnya melebihi kasih sayang kepada siapapun, karena seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepada ibunya melebihi dari apapun, maka ia akan mendapat posisi doa dan istighfarnya sangatlah maqbul. Carilah ridhonya dan ridho kedua orang tua, janganlah berkata “ah”, jangan pula sakiti persaan dan fisiknya karena ridho Allah ada padanya. Nabi bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: رِضَا الرَّبِّ فِى الرِّضَا الْوَالِدَيْنِ وَ سَخْطُهُ فِى سَخْطِهِمَا
”Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda,”Ridha Rabb terletak pada ridha kedua orang tua dan murka-Nya terletak pada kemurkaan keduanya.” (Riwayat Ath Thabarani)
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
”Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Q.S. al-Isra : 23)*****
Artikel Terkait
Artikel Lainnya